Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Orangutan Kalimantan

  • Jumat, 31 Agustus 2012
  • wisazi
  • Label:









  • Foto: Wisnu Hari Santoso
    Lokasi: Kebun Binatang Ragunan


    Pontianak (29/8) --- Menyusul proses evakuasi yang dilakukan pada tanggal 25 sd 27 Agustus lalu oleh BKSDA Provinsi Kalbar, masyarakat, dan sejumlah mitra LSM lingkungan, Orangutan yang mengalami luka bakar di Dusun Parit Wa’dongka, Desa Wajok Hilir, Pontianak saat ini kondisinya terus membaik dan telah mendapatkan perawatan di DAOPS Manggala Agni, Rasau Jaya, Kubu Raya. Untuk mempercepat upaya pemulihan, mulai siang ini (29/8) Orangutan tersebut akan dipindahkan ke fasilitas Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) Ketapang untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik.

    Berdasarkan hasil observasi tim medis selama tiga hari terakhir, perkiraan waktu yang diperlukan untuk pemulihan sekitar 2-3 minggu, dan dalam jangka waktu ini tidak boleh ada kunjungan dari siapapun – untuk menghindari stress. Hanya petugas medis, dokter hewan dan petugas BKSDA yang ditunjuk merawat yang boleh mengunjungi satwa ini, “ kata Parsaroan Samosir, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III yang mewakili Kepala BKSDA Kalimantan Barat menjelaskan. Menurutnya, observasi medis pada hari Selasa, 28 Agustus 2012 menunjukkan bahwa tingkat stress dan dehidrasi Orangutan masih sangat tinggi, walaupun menunjukkan tanda-tanda membaik. Luka bakarnya tidak terlalu parah dan Orangutan sudah mulai makan buah-buahan jeruk, semangka, dan pepaya yang disiapkan petugas.

    Kepala BKSDA juga menegaskan bahwa proses evakuasi Orangutan yang masuk ke pemukiman warga tersebut berjalan sesuai protokol dan prosedur penyelamatan satwa liar dengan tim gabungan yang melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk petugas medis/dokter hewan dan mitra LSM Lingkungan seperti Yayasan International Animal Rescue (IAR), WWF Indonesia, Gemawan, Perwakilan Forum Konservasi Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB), Yayasan Titian, dan dengan pengawasan dari masyarakat serta rekan jurnalis.

    Orangutan jantan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kg tersebut diperkirakan masuk ke kawasan sekitar pemukiman warga untuk mencari makanan akibat habitatnya yang terdegradasi dan tidak lagi mampu menyediakan pakan alami.

    sumber: di sini


    Pontianak (30/8) --- Setelah melalui perawatan secara intensif selama tiga hari sejak berhasil dievakuasi 27 Agustus lalu, Orangutan dari Desa Wajok Hilir, Kalimantan Barat akhirnya tidak berhasil diselamatkan. Orangutan yang masuk perkampungan warga ini mati pada hari rabu (29/8) lalu, pukul 22.30 dalam perjalanan menuju fasilitas perawatan Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang. Saat ini mayat orangutan sedang dalam proses otopsi untuk mengetahui sebab kematian satwa tersebut.

    Menurut hasil pemeriksaan petugas medis pasca evakuasi, luka yang dialami tidak membahayakan dengan perkiraan waktu pemulihan sekitar 2-3 minggu sebelum dapat dilepasliarkan kembali. Bahkan pada 28 Agustus satwa tersebut sudah mulai mau mengkonsumsi buah-buahan. Sayangnya, tingkat stress dan dehidrasi satwa tersebut memang masih sangat tinggi.

    Berdasarkan rekomendasi medis, tim gabungan yang terdiri dari Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat, Yayasan Titian, Yayasan IAR, Lembaga Gemawan dan WWF-Indonesia memutuskan untuk memberangkatkan Orangutan ke IAR Ketapang untuk perawatan yang lebih baik pada hari Rabu, 29 Agustus 2012 pukul 19.00 WIB.

    Jalur yang dipilih adalah melalui jalur darat Trans Kalimantan dengan meminimalisir interaksi dengan manusia untuk mengurangi kadar stress orangutan. Pemeriksaan sebelum keberangkatan menunjukkan kondisi orangutan memungkinkan untuk menempuh jalur tersebut. Pada pemeriksaan lanjutan dalam pukul 22.00, di daerah Kubu Raya, orangutan tidak menunjukkan pergerakan sebagaimana mestinya. Setelah melalui pemeriksaan intensif oleh Drh. Ahmad Syifa Sidik, S.KH, pada pukul 22.30 orangutan tersebut dinyatakan mati. Mayat orangutan kembali dibawa ke Pontianak untuk menjalani proses otopsi. 

    Sumber: di sini


    Orangutan itu akhirnya mati, mungkin lebih baik mati daripada hidup tak berumah. Allah sayang Orangutan. Hewan yang menurut saya lebih berakal daripada manusia yang diciptakan memiliki akal. Saya berdoa semoga Allah melindungi binatang-binatang dari tangan biadab manusia, yang dipaksa bekerja cari uang untuk cacing-cacing dalam perut si majikan, yang dibunuh untuk dijual atau malah yang dimakan hidup-hidup demi memuaskan nafsu serakah manusia yang gak ada habisnya. 


    Sila baca laporan kronologi penyelamatan dan evakuasi Orangutan  
    di Desa Parit Wa’dongka, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak  di sini

    Foto hanya ilustrasi, untuk melihat foto-foto evakuasi dapat diakses di sini dengan mencantumkan copyright © SugengHendratno/WWF-Indonesia.

    Muslim Rohingya. Yes, it’s Genocide

  • Sabtu, 04 Agustus 2012
  • wisazi
  • Label: , ,
  • Beberapa waktu belakangan ini dunia diramaikan oleh berita tentang kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya di Arakan Utara, Myanmar, yang merupakan etnis minoritas di negara yang baru mengalami reformasi pemerintahan. Sejak kekuasaan Junta Militer berakhir dan pemilu dimenangkan oleh partai oposisi pemerintah pro demokrasi yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, kabar tentang kekerasan Muslim Rohingya pun mulai berhembus ke langit dunia.

    Di Indonesia, berbagai pihak mengecam aksi kekerasan tersebut, bahkan Presiden SBY didesak untuk memberikan suaka politik bagi 82 Muslim Rohingya yang telah mengungsi di Tanjung Pinang selama lebih dari 10 bulan. (Republika, 25 Juli 2012)

    Padahal, penindasan terhadap Muslim Rohingya sudah lebih dari 60 tahun lalu, bahkan sebelum Myanmar merdeka dari Inggris. Dianggap bukan etnis asli Myanmar, Muslim Rohingya mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintah Junta Militer dan rakyatnya sendiri. Burma, dihuni hampir 90% pemeluk agama Budha Theravada, 4% memeluk agama Islam, 4% lainnya beragama Kristen dan sisanya beragama Hindu dan Yahudi.

    Muslim Rohingya merupakan komunitas yang terasing, baik karena kondisi geografi Arakan yang terisolir maupun kebijakan pemerintah pusat yang sengaja mengasingkan diri dari dunia internasional. Muslim Rohingya merupakan muslim keturunan Bengal yang penerus-penerusnya menetap dan menjadi bagian dari warga Arakan. Namun, walaupun mereka telah bergenerasi-generasi tinggal di Arakan, muslim Rohingya tetap dianggap sebagai masyarakat asing yang datang dari negara Pakistan sebagai imigran ilegal sehingga mereka mengalami ketidakadilan atas agama, suku dan posisi mereka sebagai kelompok minoritas.

    Arakan, yang pada asal mulanya dinamakan Rohang, merupakan sebuah bangsa yang berdiri sendiri sejak awal mula sejarah bangsa itu dikenal. Oleh karena itulah, mereka dinamakan orang Rohangya, yang kini lebih dikenal dengan sebutan Rohingya. Arakan itu sendiri merupakan kata jamak dari rukn, berasal dari kata bahasa Arab yang artinya ‘tiang-tiang’. Kata tersebut mencirikan keislaman dari etnis Rohingya. Rohang, adalah sebutan kata Arakan sebelumnya. Arakan merupakan tempat yang cukup terkenal bagi para pelaut Arab sebelum adanya Islam. Saat itu, banyak orang-orang, seperti Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka datang melalui jalur darat dan laut. Oleh karena itu, muslim Rohingya yang menetap di Arakan sudah ada sejak abad ke-7 dan mereka tidak terbentuk dari satu suku saja. Mereka terbentuk dari percampuran berbagai suku yang berbeda.

    Diperkirakan, pemerintahan Myanmar telah melakukan paling tidak 13 operasi bersenjata melawan Rohingya semenjak tahun 1948. Mereka melucuti senjata, menutup sekolah agama, dan membakar masjid-masjid. Pada 1975, sekitar 15.000 penduduk muslim Rohingya mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh, untuk melarikan diri dari penganiayaan. Pada 1978, operasi militer masif, yang dikenal dengan nama Operasi Naga Min, memaksa sekitar 200.000 Rohingya untuk keluar dari Myanmar. Operasi tersebut meliputi relokasi paksa muslim disertai  pemerkosaan, pemaksaan, dan penggusuran masjid. Rezim yang berkuasa menyalahkan kelompok pengacau Bengal atas kejadian itu.

    Tidak lama setelah operasi Naga Min berlangsung, pada tahun 1982, penguasa militer Myanmar mengeluarkan sebuah dekrit tentang Undang-Undang Kewarganegaraan Myanmar. Di dalam undang-undang tersebut, muslim Rohingya dicoret hak kewarganegaraannya dan mereka menjadi tidak mempunyai negara (stateless). Ne Win memaklumatkan bahwa muslim Rohingya adalah rakyat tanpa negara (people without state).

    Padahal, status warga negara sangat penting bagi penduduk muslim Rohingya. Dengan memperoleh status warga negara, mereka bisa memperoleh kemudahan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Kebijakan itu telah menyebabkan kaum muslim Rohingya semakin mengalami penindasan, penyiksaan, tekanan, dan kematian di tangan penguasa tirani militer Myanmar. Pembunuhan yang tidak terhitung jumlahnya, pelecehan terhadap wanita Islam, tindakan penangkapan yang sewenang-wenang, pengurungan dalam penjara, serta perlakuan dengan cambuk, sampai hukuman mati yang semena-mena. Selain itu, pemerintah juga menghilangkan segala ciri yang berbau keislaman. Sehingga, muslim Rohingya dilarang untuk memelihara janggut, memakai kopiah dan penutup kepala yang lain, serta memakai jilbab (tutup kepala bagi wanita). Akibatnya, sekitar 20.000 muslim Rohingya dibunuh oleh rezim militer di antara tahun 1962 sampai tahun 1984.

    Secara umum, pemerintah sebenarnya mencanangkan kebijakan untuk memberi kebebasan kepada penduduk dalam menjalankan agama mereka masing-masing. Pada kenyataannya, pemerintah menerapkan banyak larangan, khususnya terhadap kelompok minoritas. Kitab suci Alquran yang diterjemahkan ke dalam bahasa lokal, tidak dapat diimpor secara legal. Izin untuk mendirikan masjid sangat sulit didapatkan.
    Dalam hal bepergian ke luar negeri seperti menjalankan ibadah haji atau menghadiri pertemuan keagamaan dengan luar negeri sebenarnya diperbolehkan. Namun, pembatasan dan pengawasan yang ketat serta kesulitan lain menghadang kelompok minoritas muslim ini. Seperti, pembatasan masa berlakunya visa, sulitnya pengurusan paspor, dan kecurigaan atas segala kegiatan yang dilakukan oleh kelompok minoritas muslim di dalam dan di luar negeri. Contoh perlakuan yang dilakukan pemerintah Myanmar pada tahun 1962, tentang aturan pembatasan haji. Pada tahun tersebut, jamaah haji Myanmar berkisar sampai 500 orang. Namun dengan adanya kebijakan uang ketat di era pemerintahan militer, jumlah tersebut turun drastis menjadi rata-rata hanya 16 orang. Itu pun hanya diberikan kepada orang-orang tua yang belum pernah pergi haji.

    Pada tahun 1989, pemerintah militer Myanmar mengeluarkan kartu identitas baru untuk penduduk. Kartu identitas tersebut tidak hanya memuat foto, nama orang tua, dan alamat, tetapi juga memuat asal suku bangsa dan agama. Kartu identitas baru itu harus selalu dibawa ke manapun mereka pergi. Kartu itu juga dibuat sebagai persyaratan jika ingin membeli tiket untuk bepergian, mendaftarkan anak di sekolah, melamar pekerjaan, termasuk semua kedudukan sebagai pegawai negeri, menjual atau membeli tanah, dan kegiatan sehari-hari lainnya.

    Muslim Rohingya tidak diperbolehkan memiliki kartu identitas tersebut. Hal itu membuat mereka mengalami kesulitan bila akan bepergian. Mereka diperkenankan bepergian, setelah memperoleh izin dari pihak yang berwenang. Dalam banyak kasus, izin perjalanan hanya diberikan untuk 12 jam saja dan hanya pada kasus tertentu seorang muslim diberikan izin perjalanan sampai bisa menginap. Untuk perjalanan yang jauh, mereka sulit mendapatkan izin. Kesulitan memperoleh izin perjalanan itu menyebabkan masyarakat Rohingya sulit memperoleh pekerjaan, terutama pada musim panas, ketika pekerjaan pertanian menurun. Muslim Rohingya hidup dalam kamp konsentrasi dengan tidak mempunyai akses untuk bekerja, tidak ada peluang untuk berdagang dan bisnis, serta tidak ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Bahkan, hak menikah pun dilarang. Muslim yang berjanggut tidak boleh menggunakan transportasi umum atau memasuki kantor-kantor pemerintah. Sementara muslim yang bukan penduduk Akyab (ibukota Arakan) dilarang memasuki kota itu dan kota Rangoon.

    Dengan berbagai tekanan, muslim Rohingya pun melakukan perlawanan atas kekerasan yang mereka terima. Mereka menuntut kepada pemerintah untuk menjadikan Arakan Utara (Buthidaung, Maungdaw, dan sebagian Rathedaung) sebagai wilayah otonomi bagi muslim Rohingya di bawah pemerintahan Myanmar terlepas dari dominasi mayoritas umat Budha. Namun, tuntutan ini tidak dipenuhi oleh pemerintah Myanmar. Akibat kekecewaan dan tekanan yang dialami muslim Rohingya, mendorong mereka untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan pun semakin berkembang ketika banyak tokoh-tokoh Rohingya, seperti Jafar Kawal dan Cassim turut mengobarkan semangat untuk menuntut keadilan bagi muslim Rohingya.

    Pemberontakan muslim Rohingya selama dua periode pemerintahan Myanmar, masa U Nu (1948 – 1962) dan masa Ne Win (1962 – 1988) mengalami perbedaan motif penyebab terjadinya penindasan oleh kedua pemerintah tersebut. Pada masa pemerintahan U Nu muslim Rohingya ditindas oleh mayoritas Budha karena muslim Rohingya menganut agama Islam, agama yang dianggap bukan agama asli Myanmar. Sedangkan pada masa pemerintahan junta militer, muslim Rohingya ditindas karena sistem pemerintahan junta militer yang mengeluarkan berbagai kebijakannya yang sangat merugikan muslim Rohingya.

    Pada masa pemerintahan Ne Win, pihak yang bertikai adalah muslim Rohingya dengan gerakan Mujahid, Rohingya Independence Front, dan gerakan-gerakan yang lainnya yang dipimpin oleh Jafar Kawwal, Cassim, Jafar Habib, Zafar Sani, dan pemerintah junta militer Myanmar yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win. Pemerintah yang menganut sistem militer merupakan pemerintah yang berkuasa dengan cara paksaan dan tekanan dengan kekuatan militer dan kebijakan-kebijakan sepihak. Gerakan Mujahid setelah Ne Win berkuasa dibubarkan. Muslim Rohingya yang lain semakin mengalami penderitaan akibat penindasan yang tidak berperikemanusiaan. Setelah pembubaran gerakan Mujahid, berdirilah gerakan-gerakan lain sebagai wadah aspirasi muslim Rohingya yang memiliki tujuan yang sama dengan Mujahid, menuntut wilayah otonomi Islam untuk daerah Arakan Utara.

    Sejak Myanmar merdeka sampai Ne Win tidak lagi menjadi pemimpin Myanmar, tuntutan muslim Rohingya hanya tinggal tuntutan, sekedar keinginan yang tidak pernah terpenuhi. Hal itu terlihat pada konvensi bangsa Rohingya yang terbentuk pada tanggal 14 – 16 Mei 2004 di Arakan. Diantara isi deklarasi tersebut adalah menyatakan bahwa Rohingya merupakan salah satu etnis kebangsaan Myanmar, dan mereka memiliki hak-hak tersendiri serta mengecam pemerintah Myanmar karena telah membatasi gerakan kebebasan sosial, ekonomi, kebudayaan dan aktivitas keagamaan Rohingya. Namun, deklarasi ini tidak membawa pengaruh banyak terhadap nasib muslim Rohingya, mereka tetap ditindas oleh junta militer yang masih terus berkuasa di Myanmar. Hal tersebut terbukti pada 26 April 2006 ditemukan sebuah kapal yang mengangkut 77 warga muslim Rohingya terdampar di Pulau Rondo, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka terpaksa meninggalkan negaranya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, karena selama ini di Myanmar mereka sangat sulit memperoleh pekerjaan. Kelompok yang semula ingin menuju ke Malaysia ini mengaku tidak ingin kembali ke negara asal mereka. Muslim Rohingya sendiri bisa memberikan banyak informasi tentang keadaan mereka melalui organisasi Arakan Rohingya National Organization (ARNO), organisasi muslim Rohingya yang terus berjuang sampai sekarang. Sampai saat ini perjuangan muslim Rohingya untuk memenuhi tuntutannya tidak pernah berhasil, tuntutan mereka tidak pernah mencapai titik hasil yang signifikan.

    Begitulah Muslim Rohingya, selalu ditindas dari masa ke masa. Siapapun pemimpin kekuasaan mereka tak luput dari kekerasan. Bahkan ketika Aung San Suu Kyi memenangkan pemilu pemerintahan, tak mampu berbuat banyak. Lebih memilih diam cari aman. Pemerintah Indonesia sebagai salah satu pendiri negara ASEAN hanya mampu menyampaikan kecaman. Kalah jauh dengan lembaga-lembaga kemanusiaan yang sudah berbuat nyata dengan mengumpulkan sumbangan.

    Di segala sudut belahan dunia, apapun latar belakang suku dan agama, genosida tak boleh dibiarkan. Perlahan tapi pasti korban tewas di Arakan Utara terus berjatuhan. Jumlah angka kematian semakin memilukan. Yes, it’s genocide.

    Sumber: Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948 - 1988. Azizah. FIB UI. 2006 

    *) Yes, It's Genocide. Diambil dari judul lagu Serj Tankian (vokalis System of A Down) album Imperfect Harmonies.

    Fotografer Murahan!

  • Rabu, 27 Juni 2012
  • wisazi
  • Label:

  • Tenang, isinya nggak seprovokatif judulnya.

    Percakapan 1
    Teman : nu, ada job nih. lo mau nggak motret wedding teman gw dari pagi ampe sore 300ribu. alat dari gw, lo cuma motret doang.
    Gw : mau
    Akhirnya pada tanggal yang ditentukan gw pun motret dari akad nikah sampe resepsi jam 3 sore. Bayaran pun sudah ditangan sejak kemarin malam.

    Percakapan 2
    Keponakan : om, bisa nggak motret buku tahunan aku sama teman-teman sekelas, jumlahnya 40 anak di salihara.
    Gw         : bisa
    Keponakan : 250 ribu kan om, sama kayak waktu om motret nikahan tante ****
    Gw         : *mikir* sms azizah.
    Azizah : 40 anak 250ribu? gimana kalo 400 ribu, kan satu anak cuma bayar 10ribu.
    Gw sms ponakan
    Gw : 400 ribu ya, kan 40 anak
    Keponakan : ok deh om.
    Pada hari H, ternyata gw cuma motret nggak lebih dari 2 jam dan 400 ribu sudah ditangan.

    Percakapan 3
    Temannya azizah : nu, teman gw minta fotoin acara seserahan dari jam 18.30 sampe jam 21.30. Berapa ya bayarnya?
    Gw : hmmmm.. 400 ribu, tapi itu nggak gw edit, cuma gw kasih foto mentah.
    Temannya azizah : kata teman gw bisa gak 300ribu, kan cuma sebentar.
    Gw : yaaahhh.. itu udah mentok *itupun gw nyesel, kenapa nggak 600 ribu, sekarang jasa gw sudah ditarifin sama azizah*
    Temannya azizah : ya udah deh teman gw mikir-mikir lagi. Ntar gw kabarin.
    Gw : ok!
    Beberapa minggu kemudian,
    Temannya azizah : nu, ternyata teman gw mau. Lo langsung kontak dia aja ya.
    Gw : siiipppp..
    Datanglah gw kerumahnya sama azizah pada acara kebaktian seserahan. On time, mulai jam 18.30 dan selesai 21.30. Amplop putih bertuliskan nama gw dan azizah langsung gw terima sebelum pulang. Sampe rumah, ternyata isinya lebih dari yang dijanjikan, 500ribu  lumayan, 3 jam 500ribu.

    Percakapan 4
    Dokter gigi : oh, kamu bisa motret. Mau nggak fotoin ruangan praktek, alat-alat, dokter dan pasien, ruang tunggu, klinik dari depan. sekalian sama ngedit brosurnya ya. berapa?
    Gw : 1.200.000
    Dokter gigi : kalo fotonya aja berapa
    Gw : gw rasa dia pikir tarifnya kemahalan, maka setelah gw kurangin sama sewa alat dan edit. Jadinya 650ribu dok.
    Dokter gigi : diskon dooooong… hehehehe..
    Gw : ya udah deh 500ribu. soalnya pake lensa yang rada canggihan, biar ruangan praktek kepoto semua
    Nggak ada balasan lagi. *haduh nih dokter, padahal azizah bayar pasang ortho sama dia 7juta dan tiap kontrolnya azizah 10 – 15 menit aja 200ribu, masa 500ribu masih kemahalan juga*

    Disini gw mikir banyak banget. Dulu, gw mau deh dibayar berapa aja untuk motret seharian, mulai dari seserahan sodara yang cuma dibayar 125 ribu sudah termasuk cuci cetak sampe nggak dibayar sama sekali bahkan gw kena nombokin. Toh, gw masih belajar. Tapi sekarang?? Kapan gw bisa kaya kalo dibayar pake terima kasih doang.
    Makanya sekarang gw benar-benar harus bisa menghargai karya gw sendiri.

    Masih banyak orang yang mikir foto itu tinggal jeprat jepret doang. Padahal, gw sama azizah klo motret dengan kamera dan objek yang sama tapi hasil kita berdua beda banget, itu yang namanya skill, keahlian. Dan keahlian yang gw punya nggak sekonyong-konyong Tuhan kasih begitu aja seperti mukjizat, tapi gw mesti belajar dan sekolah. Sekolahnya pun nggak gratis. Bagaimana dengan kamera, flash, grip, baterai dan segala macam alat pendukung, gw beli itu semua pake duit. Dan mesti balik modal dong.

    Sama kayak dokter giginya azizah, dia bisa jadi spesialis ortho karena kuliah yang butuh biaya mahal banget, makanya tarif dia cukup mahal. Apalagi kalo dibandingin sama ahli gigi. Dia pasti ada itung-itungannya, dari mulai beli segala macam alat praktek, biaya kuliah, sewa tempat, pengeluaran klinik, dan tetek bengeknya sampe dia tarifin jasa perkontrol yang ratusan ribu dan jasa ortho yang jutaan harganya.

    Kalau orang awam yang gak ngerti foto dan pengen minta dijepret murah, masih wajarlah, karena emang mereka nggak tau. Tapi kalo teman sendiri bayar murah?? Sungguh terlalu. Kita sama-sama fotografer, sama-sama ngerti untuk bisa dapat satu foto bagus itu nggak semudah menekan tombol shutter. Pernah gw motret teman dekat waktu kuliah dulu dan kita sama-sama belajar foto bareng di komunitas fotografer kampus. Waktu dia mau nikah sama cewenya, dia minta gw yang fotoin, dengan senang hati gw mau banget, itung-itung bantu teman. Motret dua hari, kebaktian gereja sama menjelang resepsi dan Alhamdulillah gw dibayar dengan pulsa 100 ribu. Andai semua orang seperti teman gw, bisa hancur karir semua fotografer.

    So, mulai sekarang hargailah karya foto. Terutama kalo kita pake foto seseorang buat keperluan pribadi plis tulis sumbernya dari mana, jangan asal main copy paste. Karya foto juga punya hak cipta.
    Salam jepret! :) 

    Wayang Bambu

  • Selasa, 12 Juni 2012
  • wisazi
  • Label: ,
  • Kesenian Asal Kota Hujan, Bogor. 






    Pembuatnya Ki Drajat Iskandar atau biasa disapa Kang Drajat, asal Daerah Cijahe, Curug Mekar, Bogor. Awalnya beliau buat wayang bambu sendiri lama kelamaan Kang Drajat mengajak pemuda sekitar untuk membantu. Akhirnya Kang Drajat membuat Sanggar Kreasi Anak Muda Cijahe yang berjumlah sekitar 20 pemuda. Berkat usahanya ini Kang Drajat mendapat penghargaan dari Walikota Bogor sebagai pelopor bidang kewirausahaan pada tahun 2009 karena telah memberikan ruang wirausaha yang membantu perekonomian daerah Cijahe. 

    Uniknya wayang bambu buatan Kang Drajat pada bagian wajahnya dibuat polos tanpa cat atau gambar, jadi siapapun yang melihatnya bisa lebih bebas berimajinasi. Selain membuat wayang bambu, Kang Drajat juga sering menggelar pertunjukkan wayang bambu dalam berbagai acara, dengan memakai bahasa Sunda. 


    Foto: Wisnu Hari Santoso

    Perjalanan

  • Selasa, 05 Juni 2012
  • wisazi
  • Label: , ,

  • Arab St, Singapore










    Masjid Sultan di Kampung Glam, Singapura, merupakan masjid pertama yang dibangun di republik itu. Hingga kini, masjid bersejarah itu masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan asing yang datang ke Singapura.
    Struktur awal masjid ini dibangun sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di Singapura, yang menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa etnik masyarakat Indonesia.
    Kemudian pada 1920-an ia dibangun kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan sebagai produk pariwisata Singapura. Nama asli jalan-jalan berdekatan masjid tersebut seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan Bussorah Street masih diabadikan.

    Foto: Azizah
    Teks di sini


    Perjalanan

  • Sabtu, 26 Mei 2012
  • wisazi
  • Label: , ,
  • Little India, Singapore










    Ini perjalanan pertama saya keluar negeri. Selama ini kalau jalan-jalan paling jauh ke Yogyakarta. Saya bukan gadis petualang memang. Makanya senang banget ada kesempatan jalan-jalan ke Singapore. Sebenarnya perjalanan utama saya ke Batam, jenguk adik yang lagi kerja di sana

    Berangkat Selasa pagi dari Pelabuhan Sekupang, perjalanan Batam – Singapore makan waktu 45 menit naik kapal ferry.


    Sesampainya di Harbourfront, Singapore. Saya langsung beli EZ Link – tiket terusan untuk naik transportasi seperti bus dan MRT – lalu naik MRT. Tujuan terdekat tempat kunjungan salah satu daftar yang mesti saya datangi adalah Little India.


    Setelah sampai di Little India saya jalan kaki keliling-keliling kota. Foto-foto. Sendirian. Ya, saya hanya sendiri ke Singapore. Aman dan nyaman koq. Berhubung waktu saya hanya satu hari di Singapore saya hanya sebentar di Little India. Selanjutnya naik MRT lagi, transit di Serangoon dan Marymount. Tujuan perjalanan berikutnya Orchard. Makan siang di salah satu resto  fast food bermaskot Ronald. Kesan pertama saya, kita nggak bisa berlama-lama mikir mau makan apa. Datang, pesan dan sajikan. Cepat banget. Nggak kayak di Indonesia. Antrian udah panjang, masih aja si customer mikir lama mau makan apa. Tanya ini itu. Dan pramusajinya sabaaaarrr banget. Di Singapore, ekspresi si pramusaji seakan-akan mengatakan, cepat! Kami nggak punya banyak waktu untuk melayani anda. Namanya aja fast food, ya mesti cepat dong mau pesan menu. Harusnya sebelum sampai di meja pemesanan kita harus sudah tau menu yang akan dipesan.


    Selesai santap siang, saya lanjut jalan-jalan. Singapore itu nyaman banget buat para pedestrian. Bersih. Disipilin. Nggak bisa nyebrang sembarangan. Petunjuk jalannya juga jelas. Dimana-mana ada plang MRT atau bus. Jadi, kalau mau naik MRT kita tau ke arah mana dan berapa jauh jarak tempuhnya.


    Sebelum saya ke Singapore, saya pelajari dulu etika berada di negeri Merlion ini. Mau nyebrang harus nunggu lampu hijau pejalan kaki menyala. Gak boleh buang sampah sembarangan – kalau ini saya sudah biasa – harus tertib.


    Di Orchard saya nggak belanja seperti orang lain pada umumnya. Karena bukan itu tujuan saya. Saya benar-benar ingin menikmati nuansa kota Singapore yang bersih ini. Jalan-jalan lewati National Library, SAM (Singapore Art Museum) dan Hotel Raffles. Singapore memang betul-betul dirancang sebagai kota wisata. Di tiap halte selalu terpampang peta tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi. Bis untuk wisatawan juga banyak berseliweran, hanya saja bayar lebih mahal dari bus biasa.


    Setelah merasa cukup saya naik bis tujuan Marina Bay. Akhirnya saya sampai juga di ikon negeri Singa. Hotel tiga tower besar yang atasnya dihubungkan dengan bangunan berbentuk kapal. Saya istirahat di belakang pusat perbelanjaan Marina Bay Sands sambil lihat sungai dan Merlion di ujung sana.


    Jalan kaki dari Marina Bay Sands ke Merlion ternyata jauh. Di Merlion ambil foto beberapa. Dan ngobrol sama seorang fotografer Singapore yang ibunya berasal dari Kalimantan. Baiknya, dia mau fotoin saya berlatar belakang Marina Bay dan Merlion.

    Tujuan selanjutnya, pulang. Jangan sampe telat ferry terakhir. Naik bis tujuan Harbourfront. Di tengah jalan, saya lewat Arab St. Langsung saja saya turun, karena memang ada halte di Arab St. Enaknya naik bis ya gini, bisa lebih leluasa melihat pemandangan kota, kalau ada tempat yang menarik bisa turun.


    Di Arab St banyak restoran dan toko bernuansa Arab. Yang paling menyenangkan saya bisa shalat di Masjid Sultan. Masjid tertua di Singapura.


    Setelah shalat ashar, saya belanja di salah satu toko yang jual pernak pernik Singapore. Bisa ditawar loh. Penjualnya juga bisa bahasa Indonesia.

    Daripada ketinggalan ferry terakhir lebih baik saya lekas pulang. Oh iya, perbedaan waktu antara Batam dan Singapore selisih satu jam. Singapore lebih cepat satu jam dari Batam. Jadi, waktu saya pulang dari Harbourfront jam 8 sampe Batam ya jam 8 juga.
    Nggak puas memang keliling Singapura satu hari. Suatu saat nanti saya akan balik lagi. Masih banyak tempat yang belum saya datangin.

    Dari perjalanan kecil ini, saya yakin suatu saat nanti saya bisa mengelilingi dunia. 

    Foto: Azizah

    Kelas Inspirasi

  • Rabu, 02 Mei 2012
  • wisazi
  • Label: ,



  • 25 April 2012, our special day and special moment. 

    Pada hari itu kami menjadi relawan dokumentasi untuk kegiatan Kelas Inspirasi, salah satu program gerakan Indonesia Mengajar yang diadakan serentak di 25 SD Negeri di Jakarta. Sebanyak 200 pengajar dengan berbagai latar belakang profesi – pilot, jurnalis, design lighting, vice president bank swasta, CEO Perusahaan terkemuka, dll – menjadi relawan dan berbagi pengalaman menebarkan inspirasi kepada anak-anak.

    Kami mendapat bagian di SDN Cilandak Barat 19 pagi. Secara fisik gedung sekolah cukup bagus, tapi secara fasilitas masih banyak kekurangan. Padahal SD ini letaknya persis di belakang Sekolah High Scope Indonesia, terus kalau kita jalan keluar gang kita bakal ketemu sama gedung-gedung perkantoran besar, tau kan sepanjang jalan TB. Simatupang arah fatmawati banyak perusahaan gede. Tapi sayang, nasib SD Negeri ini tidak banyak mendapat perhatian. Menurut Ibu Sartini, Kepala Sekolah SDN Cilandak Barat 19 Pagi, sekolah ini pernah mendapat bantuan dari High Scope berupa komputer, tapi itupun nggak bertahan lama. Malah laboratorium komputer sudah alih fungsi menjadi gudang penyimpanan barang. 

    Jumlah muridnya pun nggak banyak, hanya terbatas pada anak-anak yang tinggal di daerah dekat sekolah. Malah murid kelas 2 hanya ada 13 siswa. Kalau siang gedung ini dipakai sama murid-murid SMK PGRI. Gedung sekolah multi fungsi, pagi untuk sekolah dasar siang untuk sekolah menengah atas. 

    Ketika mendengarkan pengajar berceloteh, murid-murid antusias banget, ada yang berebutan duduk di bangku tengah paling depan, ada yang sampe naik ke kursi, duduk di meja, ada yang berebutan jawab. Menyenangkan melihat binar mata mereka. 

    Ah, dunia anak-anak itu memang indah. Melihat tawa mereka, tingkah laku jail dan kadang ada pertengkaran kecil, bikin lupa diri sama segala macam masalah yang ada di luar sana. Andai hidup sesederhana yang mereka rasa. Kelak mereka akan jadi penerus bangsa yang amanah. Apapun latar belakang keluarga dan ekonomi, siapapun bisa menjadi orang hebat dan bermanfaat untuk sesama. 

    Wahai generasi penerus, gapailah cita-cita setinggi langit. Mau jadi pilot? Bisa! Mau jadi dokter? Bisa!! Apapun, jadilah pemimpin yang jujur. Kalianlah harapan kami kelak. 

    Selamat Hari Pendidikan Nasional



     













    Foto: Wisnu Hari Santoso dan Azizah
    Teks: Azizah


    Oleh-oleh dari Banten Lama (part. 2)

  • Sabtu, 11 Februari 2012
  • wisazi
  • Label: , ,

  • Mercusuar Anyer

    Didirikan pada tahun 1806 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan roboh pada 1830 karena terjangan batu keras akibat letusan Gunung Krakatau. Dibangun kembali pada tahun 1885 pada masa pemerintahan ZMW Willem III. Tingginya 60 meter dengan ketebalan besi baja 20 - 35 cm. memiliki 17 tangga dan 268 anak tangga dengan sorot lampu 1000 watt untuk memandu navigasi nahkoda kapal yang berlayar di Selat Sunda. Terdapat tujuh jendela yang menghadap arah laut dan 1 pintu masuk




    0 KM
    Terletak di bawah pondasi mercusuar anyer Prasasti ini merupakan penanda dibangunnya jalan Raya Anyer - Panarukan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels




    Foto: Wisnu Hari Santoso

    Oleh-oleh dari Banten Lama (part. 1)

  • Sabtu, 07 Januari 2012
  • wisazi
  • Label: , , ,
  • MASJID AGUNG BANTEN
    Masjid yang masih kokoh berdiri ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Terletak di Banten Lama, 10 KM sebelah utara Kota Serang. Didirikan pada masa Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan pertama dari Kesultanan Banten. Memiliki atap masjid bertingkat lima, yang merupakan ciri khas masjid kerajaan.



    Masjid Agung Banten kerap dikunjungi para peziarah karena terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten dan keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istri, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin. Kedatangan para peziarah dimanfaatkan penduduk setempat untuk berjualan.




    Foto: Wisnu Hari Santoso
    Teks: Potret Negeriku edisi Oktober 2011 dan Wikipedia


    Musikalisasi Laskar Pelangi

  • Selasa, 03 Januari 2012
  • wisazi
  • Label:
  • Beruntung bisa nonton pertunjukan Musikalisasi Laskar Pelangi @Taman Ismail Marzuki, apalagi nontonnya gratis. Two thumb!!

    Foto: Wisnu Hari Santoso






    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...